CINTA SEJATI (Dari Produser dan Sutradara Kehidupan)

Berbicara tentang cinta, terselip perkataan dari Abraham Maslow bahwa cinta adalah suatu proses aktualisasi diri yang bisa membuat orang melahirkan tindakan-tindakan produktif dan kreatif, dengan cinta seseorang akan mendapatkan kebahagiaan bila mampu membahagiakannya.[1] Cinta berada pada garis ekuilibrium berasal dari energi positif sesuai fitrah manusia yang menggelora kemudian berpusat pada satu titik pertemuan garis antara sumbu X dan sumbu Y.  Garis X dapat dimisalkan orang yang kita sayangi begitu pula sedangkan garis Y adalah kasih sayang yang kita berikan secara simultan yaitu pengorbanan. Membayangkan cinta sejati seringkali kita beranggapan pada rasa cinta yang selalu dicurahkan pada pasangan atau lawan jenis sehingga seringkali muncul sebuah kalimat fenomenal yang mengiris hati bagi orang yang sedang merajut cinta misalnya “jangankan laut gunungpun akan kudaki demi membuktikan cintaku padamu” eitss jangan lebay, inilah bentuk rayuan gombal yang sering terlontar tanpa rasionalitas yang bersembunyi dalam kebohongan besar dari seseorang yang mengatakannya. Sangat banyak kalimat yang kita paksakan yang dikeluarkan untuk menggetarkan perhatian seseorang agar terpikat pada kita sehingga terkadang bersifat absurd (konyol).
Stop!!!, berpikiran ala Korea Drama yang menampilkan proses dua insan yang teguh dalam membingkai cinta sejati mereka. Jika kita menyimak film yang dramatis yang kini disantap para masyarakat Indonesia yang terpikat oleh kualitas cerita drama romntis pada film tersebut yang berisikan intrik dan lakon yang membawa imajinasi kita layaknya gelombang elektromagnetik yang menarik perasaan jiwa kita untuk terhanyut dalam lamunan film tersebut.  Saya tidak mempermasalahkan bagi pembaca untuk menikmati film korea. Pada topik yang kuulas dalam tulisan ini berbicara cinta sejati yang lahir dari kedua orang tua kita. Yah, cinta sejati terletak pada orang tua kita, sebab cinta mereka kekal sampai diakhirat nanti. Bukankah doa yang paling mudah diijabah oleh Allah Swt adalah doa kedua orang tua. Saat kita jauh dari sisi mereka tak hentinya mereka mendoakan kita hingga akhir hayatnya untuk menggapai sebuah kesuksesan. Ketika kecil mereka merawat kita dengan membagi tugas dilain sisi seorang Ibu menyiapkan segala kebutuhan rumah tangga dan Ayah kita berjuang keras demi mencari nafkah untuk kelayakan hidup kita, tanpa lelah mereka berkombinasi untuk membangun gerbang kesuksesan yang akan kita tempuh. Kebahagiaan orang tua bukanlah harta yang melimpah ruah melainkan kesuksesan seorang anak, mereka akan bangga jika kita berhasil menggapai mimpi kita, mereka akan tersenyum melihat kita dengan gagah karena mampu berdiri kokoh di muka bumi ini. Mereka akan mengeluarkan tetasan air mata kesedihan ketika melihat kita sedang terbaring dalam kesakitan, namun dari mereka pula air mata kebahagiaan pun mampu mengalir akibat melihat kebahagiaan yang kita miliki.

Dua tokoh sutradara dan produser yang membentuk skenario indah dalam hidup, itulah orang tua kita. Ibu layaknya sebagai sutradara yang mengarahkan film sesuai dengan manuskrip kehidupan. Seorang tokoh yang sangat luar biasa dengan keikhlasannya mendidik kita dari kecil semenjak bayi yang hanya pandai menangis hingga dewasa. Berkat kasih sayang Ibu jualah para generasi pelopor dunia lahir dari didikan yang diberikan sejak kecil dengan tangan lembutnya. Serta beliau pulalah yang mengajarkan banyak hal dari yang terkecil semisal memakai celana dan baju, hingga tebentuknya karakter seorang anak dengan mind set yang baik, hal ini diakibatkan penanaman nilai-nilai moral yang beliau berikan kepada kita. Tak lupa seorang produser yang mengawasi dan menyalurkan proyek film kepada pihak terlibat dan tak lupa mengambil resiko keuangan untuk terciptnya sebuah karya film, inilah yang dilakukan oleh seorang Ayah. Masih ingatkah kita, saat meminta uang pernahkah Ayah kita menolak tentu tidak sahabat. Jeritan uang yang kita berikan selalu beliau dengarkan walaupun itu akan terasa sesak didada mereka dengan jumlah yang kita tawarkan. Tapi karena cinta sejatilah mereka mengesampingkan perasaan tersebut, beliau akan bekerja keras tanpa lelah hanya untuk menafkahkan keluarganya. Beliau adalah pimpinan paripurna dalam sebuah institusi kekeluargaan. Seringkali Ayah tak menampakkan kelelahan mereka, sebab terbayar tuntas dengan tawa kebahagiaan yang kita keluarkan. Mereka hanya akan sedikit menyinggung kerja keras mereka untuk mengajarkan kepada kita untuk pantang menyerah dengan kehidupan. Itulah sedikit kisah dari produser dan sutradara kehidupan yaitu kedua orang tua kita, dibalik kelelahan mereka yang selalu disembunyikan pada kita, terdapat doa-doa yang sangat besar yang tidak akan bisa terukur dengan apapun karena keikhlasan mereka itulah yang disebut true love (cinta sejati).
Maka dari itu marilah kita merawat orang tua kita dengan baik, kelak di usia yang semakin beranjak jangan sampai kita lengah untuk membahagiakan dan membalas budi pekerti dari setiap pundi-pundi kebaikan yang diberikan kepada kita. Selalu ingatlah betapa besar pengorbanan yang mereka salurkan untuk kita. Karena merekalah kita bisa hadir di dunia ini, dengan cinta sejatinya dan keikhlasananya serta memberikan doa yang selalu terlontar dalam basahan lidah setiap dentuman jantung mereka. Bahagiakanlah mereka, berilah tetasan cinta sejati kita pada orang tua kita untuk membalas true love mereka.

By: La Ode Syarif



[1] http://wawank-wawank.blogspot.com/2011/11/cinta-menurut-para-psikolog.html

Posting Komentar

0 Komentar