Oleh:
Laode Buzyali (Anggota Plato's Club)
I.
LATAR BELAKANG
Kemacetan sudah seperti HIV AIDS yang bersifat menular dan belum ada
obatnya. Mulai dari Amerika Serikat, Brazil, China , Thailand kemudian tertular
ke Indonesia. Antrean panjang kendaraan menjadi gambaran umum di sepanjang
jalan negara-negara tersebut yang terkenal dengan pertumbuhan ekonomi yang
pesat, tidak terkecuali Jakarta tercinta. Jumlah kendaraan umum maupun pribadi
di Jakarta saat ini sudah berjumlah sekitar 11 juta unit kendaraan, terdiri
dari 9 juta unit motor dan 2 juta unit mobil bahkan angka ini dapat terus
bertambah seiring pertumbuhan ekonomi kota Jakarta. Mengerikan sekali.
Walikota terbaik ketiga di Dunia saja sampai dibuat galau akibat
kemacetan di Kota Jakarta. Ketika baru dilantik jadi Gubernur DKI Jakarta ,
Jokowi mengatakan bahwa untuk mengatasi masalah kemacetan , maka kita harus
memperbanyak jumlah armada bus yang ada dan cukup bus itu kita perbaiki fasilitasnya
,termasuk pemberian pakaian kepada setiap sopir bus supaya mereka kelihatan
rapi,bersih, dan sedikit gagah seperti Praja agar masyarakat nyaman naik bus. Namun
akhirnya , kemacetan masih saja terjadi , sopir bus yang diharapkan dapat
menjadi pusat perhatian akibat baju baru malah kembali ke gaya lama, baju lusuh
, penuh noda dan keringat membasahi tubuh hingga sama persisi dengan para
pengamen. Sebelumnya jokowi juga tidak setuju dengan kebijakan pembangunan ruas
jalan tol dan pembangunan MRT yang sudah dimulai sejak periode Fauzi Bowo karena memakan anggaran yang sangat besar ,
namun melihat senjata pamungkas bus nya tidak berhasil. Akhirnya , Beliau mau
berunding dan menyetujui pembangunan MRT dan memperbanyak ruas jalan tol.
Kita sepakat bahwa kemacetan
merupakan sebuah permasalahan yang multidimensional dan sistemik. Galaunya
Jokowi di atas cukup membuktikan bahwa macet bukanlah sebuah permasalahan
simple yang dapat diselesaikan melalui sebuah kebijakan yang bersifat intuisi
maupun spontanitas. Butuh sebuah pengkajian yang mendalam, menyeluruh, biaya dan waktu yang
tidak sedikit serta kerja sama dari seluruh pihak untuk menyelesaikan
kemacetan. Pemikiran-pemikiran brilian yang didasarkan pada teori yang tepat,
realita di lapangan serta pendekatan-pendekatan kepemimpinan sangat diharapkan hadir
untuk menjadi solusi masalah kemacetan.
Ketika Media Massa maupun elektronik mulai bosan untuk menjadikan kemacetan sebagai salah satu topic diskusi dalam program
mereka. Kita sebagai pemerintah harus tetap terus berusaha untuk mencari solusi
tanpa berputus asa. Karena mengatasi macet bukanlah “Mission Imposibble” ,
ingat Tuhan tidak menghadirkan suatu pertanyaan tanpa adanya jawaban. Pertanyaannya
adalah negara sekelas China dan Amerika saja sulit keluar dari kemacetan ,
apakah Indonesia bisa…., mari kita jawab bersama.
II. SOLUSI
“Nabi Muhammad sering menggunakkan perumpamaan dalam mengatasi suatu
permasalahan”. Atas pandangan seperti itulah saya kemudian berpikir untuk
mencari suatu perumpamaan yang tepat yang ada di sekeliling kita untuk
menjadikan solusi masalah kemacetan tersebut. Dari perspektif teori, dalam
pelajaran Sistem Transportasi mahasiswa Teknik Sipil Jurusan Transportasi
menyatakan bahwa kemacetan yang terjadi
adalah akibat dari panjang jalan yang ada tidak sesuai dengan jumlah arus
kendaraan di jalan tersebut , saya setuju dengan pernyataan tersebut. Dengan perumpamaan pertama yaitu orbitasi
planet , bayangkan saja jika dalam satu lintasan orbitasi bumi itu ada 30
planet yang berukuran sama dan mengelilingi matahari. Hal ini tentu akan mengakibatkan kemacetan di
orbit tersebut dan berarti kiamat buat kita. Kedua, Perumpamaan paling simple
adalah seperangkat mobil mainan “hot wheels” yang biasa ada di iklan TV maupun
di jual di Blok M, Dengan panjang jalan tetap , mobil tersebut dijalankan satu per satu dengan maksud untuk mendapatkan kecepatan
tertinggi dan mampu menyelesaikan satu putaran lintasan. Ketika mobil yang
diletakkan dalam lintasan bertambah dimana panjang lintasan tetap, maka kecepatan
mobil tersebut menjadi akan semakin berkurang hingga mencapai 0 km/h artinya
macet total.
Perumpamaan yang paling lengkap adalah sistem transportasi darah dalam
tubuh manusia. Jumlah darah yang dimiliki oleh manusia dewasa adalah tetap atau
sekitar 7%-8% dari berat badan, Misalnya berat badan 50 kilogram, berarti
volume darah berkisar antara 3,5 liter sampai 4 liter. Jumlah ini berubah dan
bertambah sesuai dengan perkembangan Tubuh, namun pada ketika pertumbuhan badan
telah mencapai titik maksimum, dia akan mencapai ukuran maksimum, dan tidak
bertambah lagi. Panjang pembuluh darah pun demikian, berubah dan bertambah
sesuai dengan perkembangan badan, saat
dewasa dia akan mencapai pertumbuhan maksimum sekitar 560.000 km. Darah yang
mengalir dalam pembuluh darah di dalam tubuh manusia tidak boleh berhenti
beredar alias macet, karena itu dapat berakibat kematian, oleh karena itu, sistem
peredaran darah kita dikelola melalui suatu manajemen yang sangat baik oleh
SANG KUASA agar tidak terjadi kemacetan.
Dari sistem transportasi darah tersebut , ada satu hal penting yang perlu kita garis bawahi , diantaranya adalah bahwa perkembangan pembuluh darah itu sifatnya terbatas . Coba ilustrasikan dengan pembangunan suatu daerah, ketika pertumbuhan ekonomi di suatu daerah terus meningkat maka mobilitas penduduk pun akan terus terpacu sehingga kebutuhan manusia akan kendaraan bermotor akan terus meningkat. Jumlah kendaraan bermotor bisa saja terus meningkat namun perlu diingat bahwa suatu daerah memiliki daya dukung wilayah yang berbeda-beda, artinya pembangunan jalan yang membutuhkan ruang, tentu sangat bergantung pada ketersediaan lahan yang ada, ketika lahan suatu daerah sudah padat dan dipaksakan untuk dibangun prasarana jalan untuk mengimbangi jumlah kendaraan yang ada , maka tentu akan beresiko menimbulkan permasalahan lainya, tentu ini bukan sebuah kebijakan yang tepat. Jadi , kedepannya usaha pemerintah jangan lagi dititikberatkan pada usaha untuk memperlebar jalan atau memperbanyak jumlah ruas tol yang ada, namun upaya mengatasi kemacetan harus dititikbertakan pada bagaimana mengontrol jumlah kendaraan bermotor yang beredar sehingga sesuai dengan panjang jalan yang tersedia. Seperti halnya jumlah darah yang tetap pada lintasan yang tetap, maka pemerintah harus punya standar jumlah kendaraan yang beredar di suatu wilayah yang dihitung berdasarkan pada daya dukung lingkungan daerah tersebut khususnya panjang jalan.
Hal lain yang kita dapatkan adalah sel darah yang berisi nutrisi, dan oksigen
yang sangat penting bagi kelansungan hidup manusia. Nutrisi disini tidak
dipisahkan , antara vitamin, protein, karbohidrat, oksigen dan lain-lain, namun dibungkus dalam satu sel
darah yang sama, yang kemudian akan diantarkan ke bagian tubuh yang memerlukan
untuk menjamin maintenance alat tubuh tersebuh. Ibaratkan itu masyarakat dengan
berbagai macam profesi yang kemudian memiliki kontribusi berbeda kepada
daerah(tubuh manusia) , maka kita bisa umpamakan satu sel pembuluh darah adalah
alat transportasi umum, yang mengangkut semua jenis kandungan yang diperlukan
tubuh kemudian menyebarkannya. Jelasnya bahwa protein tidak punya kendaraan sendiri,
karbohidrat tidak punya kendaraan sendiri, seberapa penting perannya untuk
tubuh mereka tidak punya kendaraan sendiri melainkan mereka naik bus sama-sama
menuju tempat mereka akan diturunkan. Langkah kita adalah karena menghilangkan
kendaraan pribadi tidak mungkin maka meminimalisir jumlah kendaraan pribadi dan
mengoptimalkan jumlah armada kendaraan umum yang ada adalah kebijakan yang
dapat kita ambil, namun , dengan fasilitas yang lebih baik dan daya tampung
yang sesuai , serta mobilitas yang dinamis. Untuk daerah – daerah yang sedang
berkembang mungkin Transportasi umum bisa menjadi agenda utama solusi
mobilisasi masyarakat sebagai upaya preventif sebelum meledaknya jumlah
kendaraan pribadi akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan transportasi
umum. Contoh kasus di Kabupaten Grobogan. Dimana, alat transportasi dinilai
terlalu rumit, mahal, dan tidak nyaman.
Langkah selanjutnya adalah bahwa perombakan(produksi) sel-sel darah yang
telah rusak, dilakukan oleh sumsum
tulang belakang saja, ini artinya perbaikan maupun maintenance transportasi
umum lebih baik dikelola oleh satu pihak saja, yang nantinya jika tidak
berkompeten akan digantikan setiap setahun sekali atau akan diatur lebih lanjut.
Karena kenyataan yang ada transportasi umum yang beredar di Jakarta ternyata
memiliki “tuan” yang berbeda-beda. Transportasi umum memang harus dioptimalkan
namun jangan sampai jumlahnya melebih dari yang diperlukan. Selain itu komponen
darah yang terdiri dari 2 elemen yaitu elemen berbentuk dan elemen cair.
Artinya Variasi Transportasi umum jangan terlalu banyak, Kereta Api, MRT, Bus,
Ojek, Angkot, dan Taksi. Coba kita hitung matematis, Jika dalam satu kali pergi
ke angkot bisa mengangkut 8 orang sedangkan bus bisa mengangkut 45 orang(angkot
dia harus bolak – balik 5 kali), jadi lebih efisien bus. (Contoh ini masih
perlu dikaji lebih lanjut)
III.
ACTION PLAN
Terkait dengan mengelola jumlah kendaraan yang beredar maka saran saya
adalah merevisi peraturan perundang-undangan tentang perpajakan yang ada
khususnya tentang pajak kendaraan bermotor, hal ini dikarenakan peraturan yang
ada saat ini ternyata bersifat kurang dinamis dan tidak mampu mengontrol daya beli
masyarakat terus meningkat akibat pertumbuhan ekonomi. Dalam UU No.28 Tahun
2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, diatur tentang tarif pajak kendaraan
bermotor pribadi, yaitu:
1. Untuk
kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1%(satu persen)
dan paling tinggi sebesar 2%(dua persen);
2. Untuk
kepemilikan Kendaraan bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan
secara progresif paling rendah sebesar 2%(dua persen) dan paling tinggi sebesar
10%(sepuluh persen);
Kebijakan ini menurut saya masih mudah untuk dijangkau masyarakat kelas
atas. Ketika , omset dari usaha mereka yang dari tahun ke tahun bisa saja terus
meningkat sementara hukum pajak yang relatif statis, maka bukanlah suatu
masalah buat mereka untuk memiliki mobil lebih dari satu. Jadi , dalam sistem
pajak baru nanti seharusnya bersifat lebih dinamis , artinya besar tarif pajak
di suatu daerah tergantung pada tingkat
kepadatan jumlah kendaraan bermotornya. Misalkan saja, berdasarkan tingkat
kepadatan jumlah kendaraan, daerah dibagi ke dalam tiga kategori, Kategorinya
adalah daerah dengan jumlah kepadatan rendah, sedang, dan tinggi. Semakin padat
kendaraan maka tarif pajak akan semakin besar.
Untuk saat ini, system pajak kendaraan bermotor yang paling baik saat ini
diterapkan di Negara Singapura. Dengan penerapan lisensi kepemilikan mobil
dimana mobil dengan usia yang paling tua sejak dibeli dan masih digunakan akan
semakin tinggi tarif pajak. Bayangkan saja pajak dapat mencapai hingga 150% bagi
penduduk yang memiliki kendaraan dengan tahun keluaran yang sudah sangat lama.
Jadi, pemerintah harus lebih tegas dalam menentukkan tarif pajak.
IV.
HAMBATAN-HAMBATAN
1. Ketika
Menteri perindustrian menolak rencana pemerintah yang hendak menghentikan
produksi kendaraan bermotor untuk mengontrol jumlah kendaraan yang beredar,
dengan alasan bahwa akan terjadi PHK pegawai besar-besaran, maka kali ini , hal
itu tidak bisa dijadikan alasan, karena mobil akan terus diproduksi, cuman
pasarnya kali ini tidak hanya di daerah-daerah dengan tingkat konsumtif yang
tinggi namun mencoba untuk mencari daerah –daerah lain yang masih tersedia ruang
yang besar bagi si roda empat untuk berkeliaran. Dengan begitu pemerataan akan
menjadi tanggung jawab kita bersama. Karena, pengusaha akan berpikir mencari
ladang usaha yang baru sehingga ikut berusaha untuk memacu pertumbuhan ekonomi
di suatu daerah.
2.
Revisi UU Perpajakaan tersebut tentu akan menimbulkan
pro dan kontra di DPR, namun disinilah seorang pemimpin kembali dituntut untuk berkarya
dan mempengaruhi banyak orang untuk mengikutinya. Dalam film parker yang
dibintangi Jason Statham , ada ungkapan yang menarik yaitu “Sometimes if you wanna do a clean job you have to play dirty”
Akhirnya
, semua ide dan dan gagasan ini hanya bersifat sebagai bahan pertimbangan bagi
para pembaca khususnya anggota palto’s club yang merupakan orang-orang hebat dan
berpotensi menjadi pimpinan di daerahnya masing-masing. Kritik dan saran sangat
diharapkan untuk memperbaiki tulisan ini, sehingga dapat lebih bernilai lagi.
Sedikit Kata bijak untuk menutup tulisan ini “Dimana ada kemauan disitu pasti
ada jalan , tidak ada kemauan ya banyak alasan”
0 Komentar