Susahnya Menjadi Bawahan Terhadap Atasan Perusak Sistem


Dalam kasus kali ini saya melihat ada fenomena yang sangat memprihatinkan kelak menjadi seorang bawahan, apalagi dalam organisasi pemerintahan pasti susah gampang dalam menerapkannya. Dibalik loyalitas dan melawan atasan adalah dua pilihan yang pasti akan dihadapi kelak menjadi bawahan. Bahkan terdapat perbedaan yang menipis ketika seorang bawahan berusaha membangun relasi terhadap atasan dengan menjadi budak atasan (mencari muka) demi mengejar sebuah jabatan yang menggiurkan.
Semua bawahan pasti menginginkan jabatan pimpinan, apalagi ditunjang dengan motif upah yang bertingkat sehingga menimbulkan sifat materalistis yang muncul seketika dalam benak seorang bawahan. Inilah fakta yang masih menjadi perbincangan hangat dalam kegiatan pemerintahan otonomi daerah saat ini. Dimana seorang PNS harus bisa menjaga integritas dan profesionalitasnya dengan sebuah taruhan kursi jabatan pimpinan dalam organisasi pemerintahan yang harus ditempuh dengan cara baik atau buruk. Dua pilihan yang harus dipilih kelak sebagai seorang pelaku organisasi pemerintahan jika tidak adanya perubahan yang menajam menyelesaikan permasalahan seperti ini.
Mengingat fenomena tersebut tidak jarang unit terbawah organisasi yang ingin menjaga profesionalnya harus rela menjadi seorang pendiam karena melihat pimpinannya yang melakukan perbuatan yang sudah tidak lagi sesuai dengan konstitusi kita. Namun apakah kita harus mengikuti arus mereka untuk bisa mengikut tujuan jelek atasan kita dengan mengatasnamakan loyalitas terhadap atasan?, bagi saya tentu tidak. Disini saya mencoba memberikan salah satu jurus yang digunakan oleh seorang dosen saya Drs. James Robert Paulilin, M. Si mengatakan “kita jangan pernah lari dari oknum yang merusak sistem seperti itu tapi kita harus mengubahnya dengan cara lain, karena ketika kita lari maka oknum perusak sistem tersebut akan tertawa atas kekalahan kita. Kita dapat menghubunkan kasus ini dengan sebuah ilustrasi kisah nyata sang penakluk Konstantinopel yaitu Muhammad Al Fatih pada masa kekhilafaan Turki Utsmaniyah, yakni ketika gagal menghancurkan benteng konstantinopel yang sangat koko melalui jalur laut, maka mereka berinisiatif melakukannya dengan cara lain yaitu menyeberangkan kapal-kapal mereka dalam satu malam melewati gunung sehingga mereka mampu masuk ke dalam daerah musuh yang sangat lemah sehingga mereka berhasil menaklukan konstantinopel saat itu.
Apa artinya bagi kita tentu harus melakukan perubahan untuk memperbaiki organisasi yang telah rusak kendatipun kita selaku bawahan yang berada dalam sistem tersebut akibat ulah pelaku organisasi yang tidak bertanggung jawab. Saat kita takut kehilangan pekerjaan kita karena pembangkangan terhadap atasan maka kita tidak perlu melakukan perlawanan yang frontal secara langsung melainkan menghadapi pelaku organisasi seperti itu maka kita dapat membuat sebuah terobosan yang masih sering digunakan sampai saat ini yaitu melalui sebuah tulisan atau menghindari kegiatan pelaku organisasi yang merusak tersebut dan inilah selemah-lemahnya sikap kita karena pasti mereka akan menemukan ganjarannya. Jadi tetaplah berpegang teguh sama profesionalitas kita masalah dapat promosi itu pasti kita akan dapatkan tergantung kita apakah bisa meningkatkan potensi diri. Selain itu banyak saran purna praja yang sering saya dapatkan intinya adalah membangun relasi dengan profesionalitas kita tadi melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan atau sebagainya.
Bahkan coba telusuri sejarah kembali yakni gugurnya Rezim Soeharto Orde Baru yang ditaklukan dengan gerakan masa secara besar-besaran sehingga terjadinya sebuah reformasi yang mungkin saat itu sulit dilakukan namun dapat terjadi karena sebuah aksi besar masa. Jadi kitalah yang memegang kunci tersebut apakah kita mau ingin mengubahnya atau tidak.
Dari paparan diatas menimbulkan pilihan baru lagi bagi kita sebagai bawahan apakah mau tetap membiarkan pemegang kekuasaan berbuat seenaknya atau memperbaiki organisasi pemerintahan kita. Mari jadi emas yang tetap tak berubah warna dalam lumpur yang kotor, tetaplah punya harga diri yang tinggi walau sebagai bawahan. Ada doktrin yang sering saya dengar dari beberapa purna praja saya, suatu saat kita akan menjadi atasan karena tidak akan selamanya menjadi bawahan, ada pasang dan surut, ada siang dan malam, jadi konsistensi itu penting. Ketika kita memegang kekuasaan marilah kita bergerak bersama untuk melakukan perubahan yang besar dan baik.
Bagi kawan-kawan yang mungkin ada cara yang lebih baik, selama itu baik tetap lakukan !!!!, untuk saat ini mungkin jurus yang bisa saya tawarkan sebagai calon pamong praja.
By: Ld. Syr

Posting Komentar

0 Komentar